Teman saya tersebut membuka topik dengan prolog seperti yang saya tulis di atas. Setelah bercerita, teman saya tersebut mengeluarkan air mata. Yah, ia menangis. Sejenak saya coba menganalisis bagian bahwa ”...persahabatan ini tidak berarti apa-apa”. Hal yang pertama muncul adalah apakah teman yang dianggap sahabat itu juga menganggap ia sahabat?Atau hanya pengakuan dari satu pihak sehingga muncul suatu premis yang salah?Ntahlah. Tapi menurut g tentang apa yang disebut sahabat adalah sebagai berikut :
Sahabat. Bukan sebuah terminologi yang mudah disematkan ke banyak orang. Tapi cukup mudah untuk disebutkan ke banyak orang. Seberapa perlu sih seorang sahabat ada di hidup ini?Buat banyak orang, inti sebuah sahabat adalah take and give. Kalau dulu mungkin masih benar quote nya. Tapi sekarang, hal itu sudah tidak relevan lagi. Inti dari seorang sahabat adalah orang yang datang pertama pada saat kita disenangi orang, dan orang yang paling terakhir pergi pada saat kita ditinggalkan orang. Bahkan, mungkin sahabat itu tidak perlu pergi saat kita ditinggalkan orang.
Dari kedua bagian di atas, tampaknya bagian yang paling sulit terealisasi adalah bagian ketika ditinggalkan orang. Banyak orang yang tidak bisa ”stand up for someone else”. Soalnya, hal ini erat kaitannya dengan pengorbanan (baca : pemberian tanpa pamrih). Pengorbanan berbicara waktu, tenaga, biaya, dll. Di saat seperti ini pasti kita mulai memikirkan kepentingan sendiri. Tidak jarang muncul statement sbb: ”Duh, ni orang curhatnya kok skarang sih?gw khan mao tidur..GRRR” atau ”Apa lagi sih ini?Minjem duit lagi, bagi pulsa lagi..”. Terlalu ekstrim? Silakan pembaca sendiri yang menilai.
Intinya, sekalipun ada orang yang bisa memenuhi kriteria ’sahabat’ di atas, ia juga tidak akan menjadikan kita sebagai main prioritynya. Dan itu pasti!! Lihat bagaimana persahabatan mulai memudar ketika menemukan sesuatu yang lebih kuat dari persahabatan, yaitu Cinta. Yah, kalau ini mah di sinetron juga banyak ditemukan. Atau bahkan di kehidupan nyata sekalipun.
Karenanya, saya berpendapat bahwa sahabat yang benar-benar disebut sahabat sangat sulit dicari. Namun, kebutuhan kita akan sosialisasi dengan teman mutlak dibutuhkan. Karenanya, saya cenderung berteman dengan banyak orang tanpa pernah bersahabat. Bukan karena saya takut dikecewain sahabat. Hanya saja, setiap orang bisa dekat dengan yang lain karena kesamaan kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan yang berbeda-beda itulah yang menyatukan suatu kumpulan komunitas. Jadi, perlu ada sahabat kalo teman pun mampu menyediakan ’kebutuhan’ kita tersebut? Hanya kalian yang tahu diri kalian sendiri.
Untuk seorang TEMAN.
5 comments:
Benn..
Kok kyana gw tau siapa si ‘teman‘ itu..hahaha..
Dan si ‘teman’ masi mencari sahabat..
Orang yang akan selalu ada untuknya..
Orang yg gak bakal ninggalin dia saat dia ditinggalkan orang..
Dia tau itu sulit..
Tapi setidaknya dia akan mencoba untuk terlebih dahulu menjadi sahabat bagi org lain..
Karena tidak ada yg salah untuk membagi kasih..
Dia cuma perlu belajar untuk lebih kuat lagi..
Dan dia masi berharap lo masi mao menjadi pegangan saat dia jatuh lagi..
Tenang aja, setiap dia jatuh, dia akan lebih kuat lagi kok..
iyah..ntah knapa..dia tidak pernah 'selemah' itu ternyata..
biar lah di..yang pasti g akan siap melihat 'ia' mengepakkan sayap dan terbang lagi..dan ketika 'ia' jatuh, mungkin 'dia' masih butuh g..
yah..semoga..
beberapa tahun yang lalu gw pernah mengalami kisah nyata kayak si 'teman' lu ben, ngerasa ditinggalin...tapi setelah gw pikir2, mungkin aja mereka di sana malah mikir gw yg ninggalin mereka...batasannya gak jelas...Tuhan udah nunjukkin lingkungan yang lebih 'pas' buat gw setelahnya. Akhirnya yang penting takada permusuhan, hihihi...curhat online...;p
suspak nya!!(super sepakat!)
batasannya ga jelas..tapi uda gak jelas gitu masi ada aja arti 'friendship' di wikipedia..g bilang orang yang nulis rada sotoy dah..hahhaa
peace..
lo kya rikomonster dah ben,
suka maenan wikipedia..hehehe
Post a Comment