Friday, June 29, 2007

God Lead

Saya hanya ingin bercerita tentang sesuatu hari ini. Sedikit tentang hidup saya yang luar biasa ini..

Belakangan kehidupan sangatlah tidak menentu, terkadang senang dan untuk beberapa saat kemudian sedih.. Sesaat pada saat berhasil mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, kita akan tersenyum dan bersyukur.. Atau parahnya, pada saat kita menginginkan sesuatu barulah mengingat tentang Yang Maha Kuasa..Ah, sungguh tidak adil!!!

Tapi itu yang dilakukan banyak orang termasuk aku di dalamnya..Yah, aku tidak menyangkal!!bahkan mungkin tidak pantas untuk menyangkal.. tapi, setelah aku telusuri jauh dan semakin jauh, sedikit aku menyadari tentang bahwa dalam diri yang tidak tersentuh terdapat perasaan yang memang merindukan Tuhan..tapi entah kenapa perasaan itu selalu dikalahkan dengan keinginan jiwa..Yang akibatnya adalah jatuh bangunnya aku di kehidupan ku..Kekhawatiran ku akan masa depan ku, nilai-nilai ku, dan keselamatanku..

Cukup!!Cukup semua kukatakan pada diriku..aku tidak lagi mau khawatir!!aku tidak lagi mau hidup dalam ketakutan..Sekarang adalah saat aku harus berserah dan berserah ..ya padaNya, Tuhanku Yesus Kristus...

Tuhan..

Ini aku, dengan segala kekurangan ku..

Dengan segala dosa ku...

Aku bawa padamu Tuhan...

Ampuni..Sucikan..Layakkan..

Ubah dan sempurnakan Tuhan..

Selalu melalui proses mu..

Setiap hari dan setiap waktu..

Hanya untuk Mu Tuhan..

Dalam nama Yesus Kristus Tuhan dan Raja..

Amen..

Jumat, 8 jun -07

Sahabat

Suatu hari seorang teman menelepon saya. Dia bercerita tentang kisah hidup yang sangat menyakitkan belakangan ini. Dia membawa topik tentang ”Persahabatan”. Intinya permasalahan dia adalah belakangan ini dia merasa ditinggalkan oleh teman-temannya yang dianggap dekat dengannya. Yah, puncaknya dia merasa sangat sendiri di kos dan akhirnya mengetahui fakta bahwa temannya sedang bermain dengan teman baru tanpa mengajaknya. Dia mulai merasa bahwa persahabatan selama ini tidak berarti apa-apa.

Teman saya tersebut membuka topik dengan prolog seperti yang saya tulis di atas. Setelah bercerita, teman saya tersebut mengeluarkan air mata. Yah, ia menangis. Sejenak saya coba menganalisis bagian bahwa ”...persahabatan ini tidak berarti apa-apa”. Hal yang pertama muncul adalah apakah teman yang dianggap sahabat itu juga menganggap ia sahabat?Atau hanya pengakuan dari satu pihak sehingga muncul suatu premis yang salah?Ntahlah. Tapi menurut g tentang apa yang disebut sahabat adalah sebagai berikut :

Sahabat. Bukan sebuah terminologi yang mudah disematkan ke banyak orang. Tapi cukup mudah untuk disebutkan ke banyak orang. Seberapa perlu sih seorang sahabat ada di hidup ini?Buat banyak orang, inti sebuah sahabat adalah take and give. Kalau dulu mungkin masih benar quote nya. Tapi sekarang, hal itu sudah tidak relevan lagi. Inti dari seorang sahabat adalah orang yang datang pertama pada saat kita disenangi orang, dan orang yang paling terakhir pergi pada saat kita ditinggalkan orang. Bahkan, mungkin sahabat itu tidak perlu pergi saat kita ditinggalkan orang.

Dari kedua bagian di atas, tampaknya bagian yang paling sulit terealisasi adalah bagian ketika ditinggalkan orang. Banyak orang yang tidak bisa ”stand up for someone else”. Soalnya, hal ini erat kaitannya dengan pengorbanan (baca : pemberian tanpa pamrih). Pengorbanan berbicara waktu, tenaga, biaya, dll. Di saat seperti ini pasti kita mulai memikirkan kepentingan sendiri. Tidak jarang muncul statement sbb: ”Duh, ni orang curhatnya kok skarang sih?gw khan mao tidur..GRRR” atau ”Apa lagi sih ini?Minjem duit lagi, bagi pulsa lagi..”. Terlalu ekstrim? Silakan pembaca sendiri yang menilai.

Intinya, sekalipun ada orang yang bisa memenuhi kriteria ’sahabat’ di atas, ia juga tidak akan menjadikan kita sebagai main prioritynya. Dan itu pasti!! Lihat bagaimana persahabatan mulai memudar ketika menemukan sesuatu yang lebih kuat dari persahabatan, yaitu Cinta. Yah, kalau ini mah di sinetron juga banyak ditemukan. Atau bahkan di kehidupan nyata sekalipun.

Karenanya, saya berpendapat bahwa sahabat yang benar-benar disebut sahabat sangat sulit dicari. Namun, kebutuhan kita akan sosialisasi dengan teman mutlak dibutuhkan. Karenanya, saya cenderung berteman dengan banyak orang tanpa pernah bersahabat. Bukan karena saya takut dikecewain sahabat. Hanya saja, setiap orang bisa dekat dengan yang lain karena kesamaan kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan yang berbeda-beda itulah yang menyatukan suatu kumpulan komunitas. Jadi, perlu ada sahabat kalo teman pun mampu menyediakan ’kebutuhan’ kita tersebut? Hanya kalian yang tahu diri kalian sendiri.

Untuk seorang TEMAN.